LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS II
“Penentuan kadar Amoksilin dalam sediaan serbuk
dengan Spektrofotometri
UV-VIS”
Disusun
Oleh :
Kelompok 14
FARMASI 3B
Dani
Ramdani (31114064)
Dede
Rizwan (31114066)
Dita
Rahmartya P.(31113071)
PRORGAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2017
A. Tanggal Percobaan
Selasa, 11 Maret2017
B.
No.
Sampel
5
B
C.
Tujuan
Mahasiswa
mampu menetapkan kadar amoksilin dengan metode spektrosfotometri UV-VIS
D.
Prinsip Percobaan
Spektrofotometri
hukum lamberf-Bears, spektrofotometri UV-VIS digunakan untuk analis
kuantitatif, nilai absorpsi berbanding lurus dengan absorpsi cahaya, ketebalan
kuvet, dan konsentrasi analit, Rumus : A = a.b.c
Spektrofotometri
UV-VIS menggunakan sumber cahaya dari sinar UV dan sinar tampak dengan
pengaturan berkas cahaya menggunakan monokromator, spektrofotometer tersusun
atas sumber spektrum yang continue, monokromator, sel absorpsi untuk larutan
sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbansi antara
sampel dan blanko ataupun pembanding.
E.
Dasar Teori
Amoxicillin adalah antibiotika yang
termasuk ke dalam golongan penisilin. Obat lain yang termasuk ke dalam golongan
ini antara lain ampicillin, piperacillin, ticarcilin, dan lain-lain. Karena
berada dalam satu golongan maka semua obat tersebut mempunyai mekanisme kerja
yang mirip. Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara
mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya.
Lapisan ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu untuk melindungi bakteri
dari perubahan lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak tercerai berai.
Bakteri tidak akan mampu bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin
sangat efektif untuk beberapa bakteri seperti h.influenzae, n.gonorrhoea,
e.coli, peneumococci, streptococci, dan beberapa strain dari staphylococci
(Rohman, 2007).
Sesuai dengan mekanisme kerja diatas
maka amoxicillin seharusnya digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh kuman-kuman yang sensitive terhadap amoxicillin. Beberapa
penyakit yang biasa diobati dengan amoxicillin antara lain infeksi pada telinga
tengah, radang tongsil, radang tenggorokan, radang pada laring, bronchitis,
feneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi pada kulit. Amoxicillin juga
bisa digunakan untuk mengobati gonorrhea.
Untuk menjaga khasiat obat ini, maka
harus pula diperhatikan cara penyimpanannya. Amoxicillin sebaiknya disimpan
dalam suhu kamar yaitu antara 20-25°C. untuk sirup kering yang telah dicampur
dengan air sebaiknya tidak digunakan lagi setalah 14 hari atau 2 minggu.
Amoxicillin bisa diminum baik sebelum maupun setelah makan onbat ini sangat
jarang ditemukan berinteraksi dengan obat-obat yang lain. Amoxicillin juga aman
diberikan tuntuk ibu hamil dan menyusui walaupun ada beberapa kasus diare yang
terjadi pada bayi yang disusui oleh ibu yang minum amoxicillin (Rohman, 2007).
Efek samping dari amoxicillin antara
lain: diare, gangguan tidur, rasa terbakar di dada, mual, gatal, muntah,
gelisah, nyeri perut, pendarahan dapat merusak enamel gigi bayi secara permanen.
F.
Monografi
Bahan
1. Amoxicillinum
(Ditjen POM, 1995 )
Sinonim :
Amoksilin
BM :
419,45
Pemerian :
Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau.
Kelarutan :
Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam karbon
tetraklorida dan dalam kloroform.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Antibiotik.
2. Aetthanolum
(Dirjen POM, 1979).
Nama resmi :
Etil alkohol
Berat molekul :
46, 07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih,
tidak berwarna, bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Kelarutan :
Larut dalam air dan praktis tidak larut dalam pelarut organik
G.
Alat dan Bahan
1.
Alat
·
Corong
·
Gelas kimia
·
Gelas ukur
·
Labu ukur 50 mL
·
Labu ukur 5 mL
·
Pipet volume 10 mL
·
Tabung sentrifugasi
·
Vortex
·
Kaki tiga dan kasa
asbes
·
Spirtus
·
Kuvet
·
Pump pipet
2.
Bahan
·
Etanol
·
Sampel Amoksilin
·
HNO3
H. Prosedur
1. Isolasi
sampel
2. Pembuatan
Larutan Stok
3.
Pembuatan
kurva kalibrasi
4
Penetapan
kadar analit
I. Data
Hasil Pengamatan
Konsentrasi
(ppm)
|
Absorbansi
(ppm)
|
10
|
0,238
|
15
|
0,377
|
20
|
0,445
|
25
|
0,574
|
30
|
0,742
|
35
|
0,852
|
J.
PERHITUNGAN
1) Pembuatan Larutan Standar Amoksilin
1) Pembuatan Larutan Amoksilin (teknis) 500
ppm dalam 25 mL
2)
Pengenceran larutan standar dari 500 ppm
a.
10 ppm dalam 10 mL
V1
x N1 = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 10 mL x 10 ppm
V1 = 0.2 mL
b.
15 ppm dalam 10 mL
V1
x N = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 10 mL x 15 ppm
V1 = 0.3 mL
c.
20 ppm dalam 10 mL
V1
x N = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 10 mL x 20 ppm
V1 = 0.4 mL
d.
25 ppm dalam 10 mL
V1
x N = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 10 mL x 25 ppm
V1 = 0.5 mL
e.
30 ppm dalam 10 mL
V1
x N1 = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 10 mL x 30 ppm
V1 = 0.6 mL
f. 35 ppm dalam 10 mL
V1
x N1 = V2 x N2
V1
x 500 ppm = 10 mL x 35 ppm
V1 = 0,7 mL
3). Menentukan kadar Amoksilin
Regresi linear
kurva kalibrasi = y =
0,0238x - 0,0012
Absorbansi
amoksilin = 0,466
Pengenceran = 500
kali
diketahui
y = 0,466 b = 0,0238 a = - 00,0012
y = bx + a
0,466 = 0,0238x - 0,001
0,0238x =
0,466 + 0,001
x =
x = 19,62 x 500 (pengenceran)
x = 9810 ppm
Kadar dalam 50 mL
x 9810 = 490,5 mg = 0,4905 g
% Kadar analit = x 100%
= x
100% = 24,52%
K. PEMBAHASAN
Amoksilin yang
akan ditentukan kadarnya berada dalam suatu sediaan farmasi dengan menggunakan
metode Spektrofotometri UV-Vis. Metode Spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk
menentukan kadar amoksilin karena dalam struktur kimia terdapat gugus kromofor
dan ausokrom. Dimana gugus kromofor yang terdapat pada struktur amoksilin mampu
menyerap sinar UV-Vis.
Gugus kromofor pada amoksilin terdapat pada lingkaran merah
berupa gugus C=C, C=O, dan gugus benzen sedangkan pada ausokrom terdapat pada
lingkaran berwarna biru berupa gugus hidroksi dan amina.
Prinsip percobaan ini yaitu ketika amoxilin
dilarutkan dalam etanol dan dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Vis, maka
gugus kromofor yang terdapat pada amoksilin akan mengabsorpsi sinar
elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu. Sehingga nilai absorbansinya
dapat diketahui dan kadar dari nipagin dapat dihitung.
Isolasi amoksilin dilakukan untuk
memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mengganggu pada
saat kuantifikasi atau deteksi analit. Pelarut organik yang digunakan untuk
isolasi amoksiln yaitu etanol. Pemilihan pelarut ini didasarkan pada sifat amoksilin
yang dapat larut dalam etanol, sedangkan matriksnya tidak dapat larut dalam etanol
sehingga analit dapat memisah dengan sempurna.
Pengujian secara kualitatif dilakukan
dengan menggunakan reaksi warna peraksi yang digunakan yaitu HNO3 yang
akan memberikan warna coklat. Pengujian ini digunakan untuk menentukan keberadaan
sampel pada filtrat agar isolasi yang dilakukan sempurna tanpa adanya matriks.
Untuk analisis menggunakan
spektofotometri UV-Vis sebelumnya blanko etanol 96% diukur absorbansinya
terlebih dahulu. Tujuannya sebagai baseline agar etanol tidak terdeteksi.
Selanjutnya dilakukan scanning untuk mencari panjang gelombang maksimum dari
sampel amoxilin. Setelah ditemukan panjang gelombang maksimumnya, kemudian
pembakuan dan analisis sampel amoksilin dapat dilakukan.
Dari hasil rentang absorbansi nipagin
dapat dihitung persamaan regresi liniernya kemudian dapat dihitung pula kadar
sampel nipagin. Dari hasil perhitungan didapat sampel no. 5 B mempunyai kadar
nipagin sebesar 24.52%
L. Kesimpulan
Berdasarkan perocbaan yang telah
dilakukan, bahwa dalam penetuan metode untuk melakukan analisis suatu senyawa
harus diketahui terlebih dahulu sifat fisikokimia senyawa tersebut. Dan sampel
no 5 B yang berbentuk serbuk mengandung amoksilin dengan kadar 24,52% yang dianalisis
menggunakan metode spektrofotometri Uv-vis.
M.
Daftar
Pustaka
Ditjen
POM. (1989). Materia Medika Indonesia,
Jilid V. Jakarta: Depkes RI.
Ditjen
POM. (1995). Materia Medika Indonesia,
Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Katzung,
B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi ke-8. Jakarta: Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope
Indonesia Edisi V. Jakarta: Kemetrian Kesehatan RI.
Rohman,
A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soedjadi
dan Abdul Rohman. 2008. Analisis
Kuantitatif Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Watson,
David G. 2007. Analisis Farmasi Edisi 2.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Zega,M.K.
2009. Penetapan Kadar Tablet Antalgin Secara Titrasi Iodimetri di PT. Kimia
Farma (PERSERO) Tbk. Plant Medan. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
Puspitasari,
indarini Dwi. 2014. Kimia Analitik Dasar. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar