Sabtu, 24 Maret 2018

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II ASAM HIDROKSI BENZOAT DAN TURUNANNYA


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALISIS II
ASAM HIDROKSI BENZOAT DAN TURUNANNYA


“Penentuan kadar Asam Benzoat  dalam sediaan salep
dengan Titrasi Asam Basa”






Disusun Oleh :
Kelompok 14
Dani Ramdani      (31114064)
Dede Rizwan        (31114066)
Dita Rahmartya P.(31113070)


PRORGAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2017


A.    Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan untuk menentukan kadar asam benzoat dari sediaan salep dengan metode titrasi asam basa.

B.     Prinsip Percobaan
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi pembentukan garam pada keadaan netral. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa ataupun sebaliknya anara basa lemah dan asam kuat.
Penambahan titrant pada titer dilakukan sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar sampel.

C.    Dasar Teori
Asam hidroksi benzoat bisa terdapat sebagai isomer orto, meta dan para. Isomer orto adalah asam salisilat dan turunan-turunannya misalnya natrium salisilat , ester dari gugus karboksilnya seperti metil salisilat dan ester dari gugus hidroksilnya seperti asetosal. Sebagai contoh isomer para adalah nipasol dan nipagin, sedangkan isomer meta dan turunannya hampir tidak digunakan dalam farmasi (Sudjadi, 2008).
Asam benzoat merupakan asam yang cukup kuat dan dapat digunakan sebagai baku primer untuk pembakuan basa kuat dengan indikator fenolftalein. Adanya gugus hidroksil pada asam benzoat pada posisi orto menaikka ionisasi hidrogen karboksil hampir 100 kali ionisasi gugus karboksil pada asam benzoat yang disebabkan oleh gugul hidroksil. Asam meta dan para hidroksi benzoat mempunyai ionisasi yang hampir sama dengan asam benzoat. Pada substitusi meta tidak terjadi mesomeri dan hanya ada efek mesomeri dan induksi, meskipun demikian efek induksi pada kedudukan meta. Substitusi pada gugus alkil atau asil tidak mempunyai efek yang besar pada ionisasi asam karena tidak ada efek mesomeri, sedangkan efek induksinya sangat lemah, oleh karena itu semua asam benzoat dan turunannya yang gugus hidroksilnya tidak tersubstitusi dapat ditetapkan kuantitatif secara titrasi langsung dengan baku basa menggunakan indikator fenolftalein (Sudjadi, 2008)
Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya. Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan. Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri. Keasaman atau kebasaan suatu larutan merupakan factor yang penting dalam reaksi-reaksi kimia. Kesetimbangan asam basa pun sangat penting dalam pemahaman titrasi asam basa. Ada beberapa teori asam basa yang digunkan dalam penjelasan mengenai suasana asam dan basa dari suatu zat (Christian,1994).
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau asidimetri-alkalimetri, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Pada saat ini hanya dibahas tentang titrasi asam basa. Titik ekuivalen merupakan titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.(Day dan Underwood,1999:129)

D.    Uraian Bahan
1.    Asam Benzoat (F I, edisi III : 49)
Sinonim                  : Acidum Benzoicum
Rumus Kimia                      : C7H6O2
Struktur                  :

Pemerian                : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan                : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%) p, dalam bagian kloroform p dan dalam 3  bagian eter p.
2.      Etanol 95% (FI ed III hal.65)       
Nama resmi             : Aetahanolum
Nama lain               : Etanol, alcohol
Pemerian                : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan                : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan          : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
BJ                           : 0,8119-0,8139
3.    Besi Klorida (FI ed III hal 659)
Pemerian                   : Hablur atau serbuk hablur; hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembapan.
Kelarutan                 : larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna jingga.
E.     Alat dan Bahan
Alat
a.       Buret
b.      Corong pisah 250 ml
c.       Statif
d.      Pipet Volume 10 ml
e.       Erlenmeyer
f.       Gelas kimia
g.      Batang pengaduk
h.      klem
Bahan
a.       NaOH 0,1N
b.      Eter
c.       FeCl3 0,05%
d.      Aquadest
e.      Asam oksakat
f.        Etanol 96%
g.       Indikator PP





F.     Prosedur Kerja
1.      Isolasi salep asam benzoat
Timbang sampel
Tambah NaOH 0,1 N
Tambah Eter
ECC
Analit
(fase eter)
Matriks
(basis)
Tambah HCl 0,1N
Tambah eter
ECC
Analit
(Fase eter)
diuapkan
Matrik
(fase NaCl)
(+) merah - coklat
asam benzoat
Tambah FeCl3 0,05%
 
 
                                                                                                                   


2.       Pembakuan NaOH dengan Asam oksalat
Timbang asam oksalat 63 mg
Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH 0,1 N , hingga merah muda yang stabil
Masukan kedalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 10 ml air






3.       Standarisasi etanol dengan NaOH
Pipet 10 ml etanol ke erlenmeyer
Titrasi dengan NaOH 0,1 N , hingga merah muda yang stabil
Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP





4.       Penentuan kadar sampel
Larutkan asam benzoat pada 10 ml etanol ke erlenmeyer
Titrasi dengan NaOH 0,1 N , hingga merah muda yang stabil
Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP





G.    Data Hasil Pengamatan
1.      Pembakuan NaOH dengan asam oksalat
Berat asam oksalat
Volume NaOH
63 mg
10,3 mL
63 mg
10,3 mL
63 mg
10,1 mL
Rata-rata
10,23 mL
N
2.      Standarisasi etanol dengan NaOH
Volume etanol
Volume NaOH
10 ml
0,3 mL
10 ml
0,3 mL
10 ml
0,3 mL
Rata-rata
0,3 mL

N NaOH standar  = V NaOH (kadar sampel) – V NaOH (kadar etanol)
N NaOH standar  = 0,8667 – 0,3
N NaOH standar  = 0,5667 mL
3.      Penentuan kadar sampel
Volume sampel
Volume NaOH
10 ml
0,9 mL
10 ml
0,9 mL
10 ml
0,8 mL
Rata-rata
0,8667 mL

N sampel x V sampel            = V NaOH x N NaOH
N sampel                   =
N sampel                   =
N sampel                   = 0,00553 N

Penentuan berat analit
N sampel                   =
0,00553 N                 =
Berat analit               = 0,00553 x 6,1
Berat analit               = 0,033733 gram

Penentuan % kadar asam benzoat
% kadar asam benzoat =
% kadar asam benzoat =
% kadar asam benzoat = 1,1244%

H.    Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu penetapan kadar senyawa turunan asam hidroksil benzoat yang bertujuan untuk menentukan kadar asam benzoat dengan metode titrasi asidi alkalimetri. Prinsip percobaan menggunakan titrasi asam basa yang menghasilkan reaksi netralisasi yaitu pembentukan garam dan H2O netral. Sampel No 11C yang diberikan dalam bentuk sediaan salep dengan basis salepnya vaselin album.
Pada praktikum kali ini terdiri dari beberapa tahap yaitu yang pertama isolasi dari sediaan salep, yang kedua pembakuan NaOH dengan menggunakan asam oksalat, yang ketiga titrasi blanko dengan menggunakan etanol, dan yang terakhir yaitu penetapan kadar sampel.
Yang pertama isolasi dari sediaan salep, isolasi ini berguna untuk memisahkan senyawa asam benzoat dengan matriknya. Metode yang digunakan yaitu ekstraksi cair-cair atau ECC. Kelarutan dari asam benzoat yaitu praktis tidak larut dalam air, dan larut dalam etanol, eter dan kloroform sedangkan kelarutan vaselin yaitu larut dalam etanol,eter dan kloroform. Berdasarkan prinsip dari ECC yaitu  memisahkan senyawa berdasarkan perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling tercampur sedangkan kelarutan dari asam benzoat dan vaselin sama maka asam benzoat harus dirubah dalam bentuk garamnya dengan ditambahkan natrium hidroksida 0,1 N sehingga menjadi natrium benzoat.

Persamaan reaksi :
Setelah menjadi natrium benzoat yang kelarutannya mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter maka pemisahan dilakukan dengan menggunakan eter supaya vaselin tetap berada di fase eter, dan ambil fase airnya. Setelah didapat residunya kemudian perlu ditambahkan HCl karena residu yang didapat masih dalam bentuk natrium benzoat . Kerja dari HCl tersebut yaitu  menyebabkan natrium benzoat terprotonisasi menjadi asam benzoat.
Persamaan reaksi :
Kemudian dilakukan ektraksi kembali dengan menggunakan eter dimana eter akan berada difase atas karena bobot dari eter yang lebih rendah dari pada air. Kemudian residu yang didapat diuapkan hingga membentuk kristal.
Yang kedua yaitu pembakuan NaOH dengan menggunakan asam oksalat sebagai baku primer karena asam oksalat tidak hidroskopis dan memiliki berat ekivalen (BE) yang besar sehingga tidak mudah terpengaruh kemurniannya dan dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan. Fungsi dari pembakuan NaOH tersebut yaitu untuk mengetahui normalitas dari NaOH yang digunakan. Indikator yang digunakan adalah indikator phenolphtalein yang memiliki rentang perubahan warna yaitu pada 8,3-10. Perubahan warna pada larutan dengan adanya penambahan indikator disebabkan oleh resonansi isomer elektron.
Persamaan reaksi :
H2C2O4 + 2 NaOH → Na2C2O4 + 2 H2O
Hasil yang didapat dari pembakuan asam benzoat yaitu 0,09 N. Hasilnya cukup akurat karena perbedaannya yang tidak begitu jauh, normalitas yag digunakan yaitu sebesar 0,1 N.
Kemudian yang ketiga melakukan titrasi blanko dengan menggunakan etanol, karena pelarut yang digunakan etanol. Fungsi dari titrasi blanko tersebut yaitu untuk perbandingan antara NaOH yang bereaksi dengan etanol dan NaOH yang bereaksi dengan analit.
Kemudian tahap yang terakhir yaitu penentuan kadar sampel. Sebelum dilakukan titrasi karena sampel dalam bentuk kristal maka dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol 50 ml. Kemudian pipet 10 ml dan ditambah indikator pp yang berguna sebagai penunjuk titik akhir titrasi. Titrasi dilakukan triplo atau 3 kali percobaan.  Persen kadar hasil yang didapat dari kadar asam benzoat dari sampel no 11C yaitu sebesar 1.12 %


I.       Kesimpulan
Berdasarkan hasil hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel no 11C memiliki kadar asam benzoat sebesar 1,12%

J.      Daptar Pustaka
Farmakope Indonesia Edisi III . 1979. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Farmakope Indonesia Edisi V . 2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
R.A Day, Jr. & A, L,. 1986. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif ed 6. Erlangga. Jakarta.
Sudjadi, R.A. 2007.  Analisi Kualitatif Obat. Yogyakarta : UGM Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar